Skip to main content

Orang Kayo Hitam



Salah satu yang terkenal di jambi adalah Orang Kayo Hitam, berikut adalah salah satu awal  carita tentang sejarang Orang kayo hitam...^_^

Tuanku Ahmad Salim dari Gujarat berlabuh di Selat Berhala, Jambi. Kemudian Ahmad Salim mendirikan pemerintahan/ kerajaan  baru yang dipimpinnya berdasarkan ajaran islam, beliau mempunyai gelar Datuk Paduko Berhalo. Istrinya adalah seorang putri Minangkabau yang bernama Putri Selaras Pinang Masak. Mereka di karuniai 4 orang anak. Tiga diantaranya telahpun menjadi datuk di wilayah sekitar Kuala. Hanya si bungsu yang belum menjadi datuk, dia bernama Orang Kayo Hitam. Orang Kayo Hitam ingin memperluas wilayah kekuasaan ayahnya sampai ke pedalaman agar keluarga mereka bisa menjadi penguasa di seluruh wilayah manapun. Untuk mendukung cita-citanya itu, Orang Kayo Hitam melakukan perjalanan dengan menggunakan sampai menuju ke arah hulu sungai. Di tengah perjalanan Orang Kayo Hitam menemukan sehelai rambut yang melilit dahan pohon. Rambut itu panjang, hitam dan berkilat menandakan pemiliknya adalah seorang gadis yang cantik jelita. Orang Kayo Hitam bermaksud ingin mencari pemilik rambut tersebut dan akan menjadikannya sebagai istrinya. Kemudian berjalanlah Orang Kayo Hitam menyusuri wilayah sekitar tempat itu sambil berharap menemukan si pemilik rambut tersebut.
Dalam perjalanan yang panjang itu akhirnya Orang Kayo Hitam sampai di sebuah wilayah yang di sebut Temenggung Merah Mato. Di namai Temenggung Merah Mato sebab penguasa daerah itu di panggil sesuai dengan nama daerah wilayah kekuasaannya. Temenggung Merah Mato memiliki seorang putri yang bernama Putri Mayang Mangurai. Putri ini sangat cantik dan memiliki rambut yang sangat indah. Ternyata rambut yang dijumpai oleh Orang Kayo Hitam adalah rambut milik Putri Mayang Mangurai. Kemudian Orang Kayo Hitampun menyampaikan maksudnya untuk mempersunting Putri Mayang Mangurai menjadi istrinya. Namun ternyata putri itu mengajukan syarat kepada Orang Kayo Hitam. Putri meminta Orang Kayo Hitam untuk mengalahkan pengawal pribadinya.
Setelah melewati pertempuran yang menguras tenaga, Orang Kayo Hitam dapat mengalahkan pengawal pribadi Putri Mayang. Sebagai hadiahnya Orang Kayo Hitam minta segera dinikahkan oleh sang putri. Tapi ternyata putri kembali mengajukan beberapa syarat lagi. Orang Kayo Hitam memutuskan untuk pergi ke Pulau Jawa guna memenuhi semua syarat yang diajukan sang putri. Setelah menemui berbagai kesulitan, keempat permintaan Putri Mayang Mangurai dapat dipenuhi oleh Orang Kayo Hitam. Putri merasa senang sekali karena ternyata calon suaminya adalah orang yang memiliki tekad yang kuat dan tidak pantang menyerah. 

Atas ijin ayahnya, menikahlah Putri Mayang Mangurai dengan Orang Kayo Hitam. Sebagai hadiah pernikahan pasangan pengantin ini diberikan sebuah sampan yang benama Kajang Lako dan sepasang angsa putih yang cantik. Sang ayah kemudian berpesan kepada mereka berdua agar pergi berlayar di temani dua angsa tersebut. Temenggung Merah Mato berpesan agar mereka berlayar ke wilayah Sungai Batanghari dan apabila dua angsa tersebut berhenti disuatu wilayah hingga dua hari, maka di tempat itulah mereka akan tinggal. Setelah menyusuri Sungai Batanghari, kedua angsa itu berhenti dan menginap. Maka di situlah sepasang pengantin ini hidup dan beranak pinak. Orang Kayo Hitam melihat di sekitar Sungai Batanghari itu banyak sekali di tumbuhi pohon pinang. Oleh karena itu Orang Kayo Hitam menamai daerah itu dengan nama Jambi dan kemudian menjadi pusat pemerintahan. Dalam bahasa jawa Pinang di sebut jambe. Orang Kayo Hitam mendirikan kerajaan yang secara turun temurun di kerajaan di jambi di kuasai oleh anak-anak Orang Kayo Hitam.
Orang Kayo sebagai Cerita rakyat dari Jambi ini mengisahkan tentang sejarah berdiri daerah Jambi yang dikenal sebagai daerah Angso Duo.

Comments

Popular posts from this blog

Tari Sekapur Sirih

Tari Sekapur Sirih merupakan kesenian tari yang biasanya di pertunjukkan untuk penyambutan tamu – tamu besar . Tarian sekapur sirih berasal dari Provinsi Jambi dan Riau. Tarian ini diciptakan oleh  Firdaus Chatab pada tahun 1962 . Pada  tahun 1967 tarian ini ditata ulang oleh OK Hendri BBA . Tari ini mendeskripsikan perasaan lapang dan terbuka yang dimiliki orang-orang Jambi terhadap tamu yang berkunjung ke daerah mereka. Penari Dan Gerakan Dalam Tarian Jumlah penari dalam tarian ini berjumlah 9 orang penari perempuan dan 3 orang penari laki-laki. Di antara dua belas penari tersebut satu orang bertugas memegang payung, dua orang pengawal, dan sisanya menari. Gerakan melenggang, sembah tinggi, merentang kepak, berhias (memasang cincin, gelang, anting, serta bedak gincu dan calak), gerakan putar setengah, putar penuh menjadi bagian dari tarian ini. Gerakan tersebut dilakukan dalam posisi level rendah dan sedang sedangkan pola lantai yang dimainkan disesuaikan dengan keb

BATIK JAMBI ( Motif Tumpuk Manggis )

  Motif Tumpuk Manggis Batik Jambi tidak kalah dengan batik yang berasal dari daerah lain di indonesia, selain memiliki ciri yang khas, motif  batik  Tumpuk Manggis memiliki arti tersendiri yaitu melukiskan penampang buah manggis yang terbelah pada bagian tengahnya, menampakkan kulit luar, daging kulit, dan isi buah secara keseluruhan. Ilustrasi ini bermakna kebaikan budi pekerti, kehalusan akhlak, dan kebaikan hati tak dapat dilihat dari kulit luarnya saja. kebudayaan itu adalah warisan leluhur yang wajib kita lestarikan, jadi buat para pembaca semoga informasi yang menarik ini dapat menambah pengetahuan tentang kebudayaan yang ada di indonesia.

Benteng Muara Tembesi

hari ini kita kembali ke daerah tembesi jambi, berada di kabupaten batang hari terletak 22 kilometer dari kota kabupaten atau 85 kilometer dari kota jambi. Tak sulit sulit untuk mencapai ke daerah ini kita tinggal mengikuti alur jalan lintas sumatra propinsi jambi. di sinilah banyak terdapat bukti bukti sejarah kolonial belanda yang berada di daerah jambi pada tahun penjajahan dulu. sayang para pelaku sejarah sulit sekali ditemukan. Adalah Benteng Permukiman Kolonial Belanda. menurut warga akhir Mei lalu menceritakan, bahwa awalnya benteng ini didirikan sebagai tempat kediaman dan  perkantoran  penjajah Belanda. Setelah kemerdekaan benteng ini menjadi asrama Tentara Keamanan Rakyat (sekarang TNI).  Peninggalan Belanda yang masih layak huni itusekarang ditempati warga. Sisanya menjadi saksi bisu sejarah yang tak terawat, tergerus usia. Kayu-kayu yang digunakan untuk membuat rumah tersebut berasal dari pohon tembesu dan bulian, dua jenis pohon khas kabupaten Batanghari. Tak